cropped-Desain-tanpa-judul-1.png
Loading ...

Pengoperasian Penuh Bandara Rahadi Oesman Ditargetkan Akhir 2025

Jakarta – Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung konektivitas antarwilayah di Indonesia. Salah satu wujud nyata dari komitmen tersebut adalah proyek renovasi dan pengembangan Bandar Udara Rahadi Oesman yang terletak di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Diharapkan, pengoperasian penuh bandara ini dapat dilakukan pada akhir tahun 2025.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, menyatakan bahwa progres pengembangan Bandar Udara Rahadi Oesman sudah menunjukkan hasil positif. Renovasi terminal yang dimulai sejak 2024 kini telah menyelesaikan tahap pembangunan fisik. Meski demikian, proses finishing dan pelengkapan sarana-prasarana pendukung masih terus berjalan, meliputi pemasangan sistem pendingin udara, CCTV, fasilitas mekanikal dan elektrikal, serta penataan interior.

“Target pengoperasian penuh diharapkan dapat tercapai pada akhir tahun 2025,” ujar Lukman dalam keterangan resmi saat mendampingi kunjungan kerja Komisi V DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Ridwan Bae, Sabtu (21/6).

Bandar Udara Rahadi Oesman sendiri saat ini beroperasi dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB, dengan panjang runway mencapai 1.400 meter dan terminal seluas 1.800 meter persegi. Kapasitas bandara saat ini mampu menampung hingga 400.000 penumpang setiap tahunnya. Rute aktif yang dilayani saat ini adalah Ketapang–Pontianak pergi-pulang (PP) yang dioperasikan oleh Wings Air dengan frekuensi penerbangan 28 kali per minggu menggunakan pesawat ATR 72-600.

Dalam kunjungan tersebut, Komisi V DPR RI dan jajaran Kemenhub melakukan peninjauan langsung terhadap kondisi infrastruktur udara di Kalimantan Barat, guna memastikan kesiapannya dalam menjawab kebutuhan konektivitas masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

“Kehadiran kami bersama Pimpinan dan Anggota Komisi V DPR RI adalah untuk memastikan infrastruktur udara di Ketapang mampu menjawab kebutuhan konektivitas wilayah dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,” terang Lukman.

Namun, di balik capaian renovasi terminal yang menggembirakan, pengembangan bandara ini masih menghadapi sejumlah tantangan, khususnya terkait kesiapan lahan. Fasilitas sisi udara dan sisi darat masih membutuhkan perluasan, antara lain perluasan apron, penambahan area parkir, pembangunan gedung perkantoran, serta relokasi fasilitas meteorologi.

Pemerintah pusat melalui Ditjen Perhubungan Udara telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Ketapang agar proses pembebasan lahan bisa dilakukan secara bertahap sesuai dengan rencana induk bandara. Hal ini sangat penting mengingat masih adanya hambatan fisik atau obstacle di ujung runway 17 dan 35 berupa bangunan rumah penduduk, pepohonan, dan tiang listrik yang menghalangi pemanfaatan tambahan runway sepanjang 185 meter.

“Upaya penghilangan obstacle ini juga sedang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah setempat,” jelas Lukman.

Ia menambahkan, dukungan penuh dari pemerintah daerah sangat diperlukan dalam menyelesaikan persoalan lahan dan obstacle. Penyelesaian ini krusial untuk menjaga aspek keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan ke depan. Tanpa dukungan pembebasan lahan dan penghapusan obstacle, pengembangan penuh bandara akan sulit terwujud sesuai target.

Selain dukungan teknis, aspek sinergi antara pemerintah pusat dan daerah juga menjadi kunci utama keberhasilan proyek ini. Oleh karena itu, Kemenhub berharap seluruh pihak yang terkait terus menjaga komunikasi dan kolaborasi secara intensif. Evaluasi teknis dan operasional dilakukan secara berkala untuk menjamin bahwa pelayanan transportasi udara yang diberikan kepada masyarakat tetap memenuhi standar keselamatan dan kenyamanan yang berlaku.

Bandar Udara Rahadi Oesman diharapkan tidak hanya menjadi simpul transportasi, tetapi juga menjadi penggerak roda perekonomian di Kabupaten Ketapang dan wilayah sekitarnya. Dengan pengoperasian penuh yang ditargetkan pada akhir 2025, bandara ini diharapkan mampu meningkatkan mobilitas masyarakat dan mempercepat arus barang serta jasa.

Lebih jauh, keberadaan bandara ini menjadi semakin strategis dalam mendukung pembangunan daerah dan memperkuat konektivitas nasional. Ketapang sebagai salah satu daerah yang cukup terpencil di Kalimantan Barat akan semakin terbuka dan terintegrasi dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lainnya, baik di tingkat regional maupun nasional.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berkomitmen untuk terus mendorong percepatan pembangunan infrastruktur transportasi udara yang berkelanjutan dan inklusif. Proyek pengembangan Bandar Udara Rahadi Oesman adalah salah satu contoh konkret dari bagaimana infrastruktur dibangun untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat di daerah.

Dengan sinergi yang solid antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat, cita-cita menghadirkan layanan penerbangan yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat Ketapang dan Kalimantan Barat secara umum, niscaya akan segera terwujud.

Penulis: Tim Media Konstruksi

Untuk mengetahui berita lainnya Baca di: www.mediakonstruksi.id/berita/, www.mediakonstruksi.id/info/